Selasa, 03 Agustus 2010

Puasa Ramadhan dan Sejarah Puasa

¤ Puasa di bulan Ramadhan adalah rukun Islam yang keempat. Hukumnya fardu 'ain (wajib perorangan) atas tiap muslim yang sudah baligh. Ia disyari'atkan pada tahun kedua Hijriyah, sesudah turunnya perintah shalat dan zakat.

Firman Allah swt :

"Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas ummat yang terdahulu daripada kamu, mudah-mudahan kamu bertakwa. Puasa itu hanyalah beberapa hari saja." (Al-Baqarah : 183-184)

Berdasarkan ayat tersebut dan sejarah, maka puasa bukanlah barang baru, ia sama tuanya dengan sejarah manusia sendiri. Peristiwa pelarangan Tuhan kepada nenek kita Adam dan Hawa memakan buah khuldi di syurga - dalam Qur'an dan Perjanjian Lama - cukup menjadi bukti sejarah, pertanda puasa sudah bermula sejak awal manusia terciptakan.

Karena pelanggaran puasa yang dilakukan nenek kita Adam dan Hawa itu dengan memakan buah khuldi berakibat kita semuanya harus hidup di bumi ini.

Bangsa-bangsa purba juga telah mengenal dan mempunyai tradisi puasa, seperti bangsa Mesir purba, Yunani purba, Hindu purba dan masyarakat Cina sampai kini masih mengenal puasa. Juga suku-suku bangsa primitif sampai hari ini yang terdapat di Amerika, Afrika, Asia mempunyai tradisi puasa. Begitu pula suku-suku besahaja yang terdapat di negeri kita seperti orang Toraja di Sulawesi, Dayak di Kalimantan, Badui di Banten dan Kubu di Sumatera, mengenal adanya puasa.

Dalam sejarah agama-agama besar puasa adalah merupakan salahsatu ibadah yang penting. Karena memang Tuhan telah pernah mewajibkan puasa kepada ummat-ummat terdahulu dimana kepadanya dikirimkan Rasul-rasul Allah. Ia telah diwajibkan dalam zamannya Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi 'Isa as. Bible sendiri banyak menyebut-nyebut tentang puasa.

Dalam perjanjian Lama kita dapat lihat umpamanya pada Kitab Yesaya 58:3-6 dan Danial 10:2. Dan dalam Perjanjian Baru Matius 6:16-17 ; 9:14-17. Lukas 5:33-38, dan Markus 2:18-22.

Ada empat bentuk puasa yang dilakukan oleh ummat terdahulu, yaitu :

1. Puasanya orang-orang sufi, yakni praktek puasa setiap hari dengan maksud menambah pahala. Misalkan puasanya para Pendeta.

2. Puasa bicara, yakni praktek puasa kaum Yahudi. Sebagaimana yang telah dikisahkan Allah dalam Al-Qur'an, surat Maryam ayat 26 : "Jika kamu melìat manusia, maka katakanlah, sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusapun pada hari ini." (Q.S. Maryam :26).

3. Puasa seluruh atau sebagian perbuatan (bertapa), seperti puasa dilakukan oleh pemeluk agama Budha dan sebagian Yahudi. Dan puasa-puasa kaum-kaum lainnya yang telah ditentukan oleh masing-masing kaum tersebut.

4. Sedang kewajiban puasa dalam Islam, orang akan tahu bahwa ia mempunyai aturan yang tengah-tengah berbeda dari puasa kaum sebelumya baik dalam tata cara dan waktu pelaksanaan.
Tidak terlalu ketat sehingga memberatkan kaum muslimin, juga tidak terlalu longgar sehingga mengabaikan aspek kejiwaan. Hal mana telah menunjukkan keluwesan Islam.

Bangsa Arab pra Islam, juga mengenal puasa. Berdasarkan riwayat Bukhary dan A'isyah ra. permaisuri Rasulullah, bahwa kaum Quraisy melakukan puasa 'Asyura (10 Muharram) pada zaman jahiliah. Kemudian Rasulullah menyuruh kaum Muslimin puasa pada hari itu sampai diwajibkannya puasa Ramadhan. Sabda Rasulullah saw. "Barang siapa hendak puasa ('Asyura) silakan, dan barangsiapa yang tidak mau puasa ('Asyura) silahkan pula."

Lebih jauh lagi, selain puasa yang dilakukan manusia, maka alam tetumbuhan dan binatang di sepanjang zaman mengenal juga puasa. Penyelidikan menunjukkan bahwa tetumbuhan, terutama yang berbiji belah (dicotyl) ada puasanya, pada tiap tahunnya mengalami musim rontok. Daun, dimana tidak saja berfunksi untuk menahan penguapan, menampung cahaya, menyerap udara, tetapi juga berfunksi melakukan peng-asimilasian serta mengatur makanan. Sesudah musim rontok terjadi, tetumbuhan mengalami musim berdaun muda kembali, kemudian disusul dengan musim bunga dan berbuah. Adapun tetumbuhan yang musim gugur daunya tidak teratur, berakibat datangnya musim buah yang tidak sempurna pula.

Bagi kelompok hewan yang paling mudah diselidiki ialah bangsa unggas. Misalnya ayam, ia berpuasa selama mengerami telornya. Biasanya ayam yang sedang mengeram, makanannya sangat sedikit dan teratur sekali, yakni pada pagi-pagi sekali atau di sore hari. Bagi induk ayam yang berani makan banyak semasa mengeram, cukup mendinginkan perutnya, dan akibatnya kegagalan menetaskan telornya.

Puasa dalam bahasa Arab disebut SHAUMUN atau SHIYAAMUN, artinya menahan diri dari segala sesuatu, seperti menahan tidur, menahan makan, menahan minum, menahan bicara dan seterusnya.

Firman Allah :
"Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa demi Tuhan yang Maha Pemurah, bahwasanya aku tidak akan berbicara dengan seorangpun pada hari ini." (Q.S. Maryam : 26)

Menurut istilah, puasa ditujukan kepada menahan diri dari makan, minum dan bersanggama (jima'/coitus) suami-istri mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan niat melaksanakan perintah Tuhan serta mengharap ridhaNya.

Sabda Nabi : "Berpuasalah dengan karena kamu telah melihat bulan (ru'yat), dan berbukalah dengan berdasar ru'yat pula. Jika bulan tertutup mendung, maka genapkanlah menjadi 30 hari."

¤ Marhaban ya Ramadhan
1431 H.

"Ya Allah limpahkan Rahmat serta HidayahnMu kepada kami semua. Ya Allah bersihkan hati dan pikiran kami ini dan berikan umur panjang untuk bisa melaksanakan puasa Ramadhan sampai hari kemenangan tiba.. Amin amin ya rabbal alamin"..


Diambil dari buku :
¤ Dienul Islam. Karya Drs. Nasruddin razak.
¤ Pilar-pilar Islam dalam al-sunnah. Karya Prof. Dr. Umar Hasyim, oleh M. Rofiq Mu'allimin.

Tidak ada komentar: